Napak Tilas Hidup Sang Aktifis

Posted by Kabar Sehat 06 Agustus 2010 2 komentar
BAB I : JATI DIRI
Adalah seorang Zain Amrullah putra dari Karbin-Jamilah, pasangan suami-istri berasal dari Kediri, Jawa Timur yang perjalanan hidup mereka senantiasa berkelana di negeri rantau dengan alasan himpitan ekonomi. Zain Amrullah yang akrab dengan panggilan Ipin “panggilan dalam keluarga”, Lahir di pulau Seram tepatnya pada 25 Desember 1984 di desa Liang, kecamatan Amahai, kabupaten Maluku Tengah. Sebagai anak pasangan pegawai tidak tetap sebuah perusahaan swasta, Ipin tergolong anak yang periang dan mudah bergaul. Di bangku sekolah, dia tergolong anak yang aktif dan berprestasi. Peringkat I kelas berulang kali disandangnya ketika duduk di bangku Sekolah Dasar, pernah masuk Ranking Pararel urutan ke-4 ketika studi di bangku SMP dan lebih spetakuler ketika SMA, dia berhasil lulus dengan NEM tertinggi di SMA Negeri 11 Surabaya.

Berawal dari TK-Mawar, si Ipin mungil mulai mengenal bangku sekolah. Sebuah taman kanak-kanak yang berada diantara perumahan elite pejabat perusahaan PTP. Nusantara XIV, sebuah perusahaan perkebunan Karet di desa Liang kec. Amahai, kab. Maluku Tengah. Sayangnya, dia tidak dapat menyelesaikan pendidikan di TK itu, karena harus mengikuti kedua orang tuanya yang hijrah ke komplex Haruru desa Tananahu kec. Amahai kab. Maluku-Tengah, salah satu komplex perumahan yang juga masih milik PTP. Nusantara XIV namun mengelola perkebunan kelapa dan kakao yang berada sekitar 10 Km dari desa kelahirannya. Karena dianggap telah cukup umur meski tubuhnya terkesan belum memenuhi syarat sebagai siswa SD, Ipin didaftarkan masuk SD Inpres Awaya oleh kedua orang tuanya. Satu-satunya Sekolah Dasar yang berada di kawasan PTP. Nusantara XIV, muridnya pun sebagian besar adalah anak-anak para karyawan PTP. Nusantara XIV, sebagian yang lain adalah anak-anak warga kampung sekitar perkebunan PT Nusabtara XIV tersebut.

Setelah lulus SD pada 1998, Ipin melanjutkan studinya ke SMP Negeri 4 Amahai, satu-satunya SMP di wilayah tersebut. Nasibnya di sekolah inipun tidak berumur panjang, dan bahkan bisa dibilang tragis. Bagaimana tidak? Memasuki tahun keduanya di SMP Negeri 4 Amahai, isu kerusuhan Ambon kian meresahkan, sehingga segenap anggota keluarganya sepakat meninggalkan pulau Seram yang telah 15 tahun lebih mereka diami, mereka bertekad kembali ke pulau Jawa, tanah asal nenek moyang mereka walaupun belum 100% terlepas dari himpitan ekonomi. Tepat pada Ahad, 05 September 1999 sekitar jam 2 dini hari, Zen “nama panggilan sekarang”, beserta keluarga dan ribuan pengungsi lainnya yang juga khawatir terkena dampak kerusuhan Ambon, meninggalkan pelabuhan Amahai menumpangi kapal Tatamilau, sebuah kapal resmi PELNI. Sungguh awal perubahan terjadi dalam kehidupan Zain Amrullah ini dan bisa dibilang titik awal hijrahnya si Ipin menjadi seorang Zain, insan yang senantiasa berusaha menginvestasikan hidupnya pada dakwah Islam.

Setibanya di Kediri-Jawa Timur, Zain langsung mendaftarkan dirinya bersekolah di SMP Negeri 1 Plemahan, sebuah sekolah lanjutan tingkat pertama yang tergolong representatif bahkan sekarang terakreditasi sebagai rintisan Sekolah Internasional. Disinilah proses awal evolusi seorang Ipin, dengan tinggal bersama pamannya telah mencetak kemandirian dan kemampuan dirinya dalam bersaing hidup di tanah Jawa yang begitu padat penduduknya. Kemilau prestasi yang diredupkan himpitan perekonomian keluarga, perlahan namun pasti berubah menjadi seorang “Bintang” yang mampu bercahaya menerangi hidup dan menjanjikan secercah sinar dakwah yang diyakininya melebihi kemilau sinar sang surya.

Usai menyelesaikan sekolah lanjut tingkat pertamanya di SMP Negeri 1 Plemahan-Kediri, Zain tidak seperti teman-teman sekolah seangkatannya yang sibuk mengikuti seleksi Penerimaan Siswa Baru yang digelar serentak oleh SMA-SMA Favorit negeri ini. Atas ajakan kakaknya yang bekerja di Surabaya, dia pun bekerja dan tinggal bersama kedua kakaknya di Surabaya. Sungguh kisah yang tidak asing bagi generasi negeri ini, yakni putus sekolah dan bekerja meski usia masih ingusan. Dan setahun waktu yang dihabiskan Zain untuk memburu rupiah di kota metropolitan kedua negeri kita ini, tepatnya pada sebuah depot water refill center milik warga keturunan di daerah Manukan Tama, Surabaya Barat. Kesempatan emas datang ketika keluarga keturunan yang telah mempekerjakannya setahun itu, mengijinkan dirinya agar melanjutkan studinya ke SMA. Bak gayung bersambut, Zain juga bertemu keluarga bapak Legiman, sebuah keluarga yang tinggal di Manukan Indah i/06 Surabaya namun mempunyai silsilah darah keturunan dari Kediri juga. Dan tanpa formalitas khusus, Zain menjadi bagian keluarga bapak Legiman yang siap membantu dan menjadi wali selama dia studi di Surabaya. Ringkasnya, mulai tahun 2002 Zain resmi menjdi murid SMA Negeri 11 Surabaya, dan lulus tahun 2005.

Ketika tulisan ini dibuat, Zain Amrullah masih tercatat aktif sebagai Mahasiswa STKIP PGRI Tulungagung, sekaligus sebagai tenaga pendidik di SD Integra Luqman Al Hakim Trenggalek. Sebuah harapan besar tertanam dalam sanubarinya yang senantiasa bergemuruh merindukan peradaban madhani, cita-cita mulianya yang ingin menjadi bagian dari berdirinya kembali Daurah Islamiah yang telah terbukti mengangkat derajat hidup seluruh umat manusia serta memberikan kesejahteraan bagi setiap rakyatnya. Pemuda yang juga fasih berbahasa Ambon ini masih akan terus bersekolah untuk menambah Ilmunya meskipun harus ke tanah Mesir. Dan semangatnya untuk terus berkarya telah mebawanya berdiri menantang kerasnya persaingan hidup di dunia ini.


BAB II: KARIER
Titian langkah pendidikannya yang terombang-ambing bertolak belakang dengan kariernya dibidang organisasi. Berderet pangkat sebagai orang penting dalam susunan pengurus beberapa organisasi silih berganti menempel di pundaknya ketika dia bergabung dengan organisasi apapun baik yang formal maupun non formal. Sungguh bukan hal mudah dalam memperoleh simpatik publik (anggotanya) untuk menerima amanah menakhodai setiap organisasi yang diikutinya, meskipun hanya se-level kelompok belajar. Sebuah cerminan pribadi yang perlu diasah dan dikembangkan dalam upaya mencetak generasi Bangsa yang berkompeten dan berjiwa leadership.

Berhitung dari bangku Sekolah Dasar, karena prestasi akademik yang mentereng di kelasnya, Ipin sejak kelas dua hingga kelas lima diamanahi ketua kelas oleh teman-teman sekelasnya. Selain suara yang lantang dan kepribadiannya yang tegas di mata teman-temannya, Ipin terbilang komunikatif sehingga amat mudah akrab dengan semua elemen pelajar di kelas ataupun di sekolahnya, ditambah gaya diplomasi yang handal menjadi trik khususnys dalam menjalin komunikasi dengan birokrasi sekolah, sehingga kegiatan kesiswaan bergairah dan variatif.

Lebih lanjut lagi ke bangku sekolah lanjutan tingkat pertama, di SMP Negeri 4 Amahai yang ketika itu tahun pertamanya bersekolah di sekolah tersebut, namun dia telah dipercaya oleh seniornya untuk bergabung dalam pengurus OSIS yang membidangi kerohanian ( SKI ). Sedangkan ketika pindah ke SMP Negeri 1 Plemahan Kediri proses KBM telah berlangsung, maka dia tidak termasuk dalam formasi pengurus OSIS SMP Negeri 1 Plemahan, namun disini dia di anugerahi amanah menjadi ketua kelas 3 oleh teman-temannya. Sebuah pencapaian yang luar biasa, bayangkan di tempat yang baru dan sekolah yang baru, dia mampu mengambil hati teman-teman untuk siap dikomendani.

Dan kisah-kasih putih abu-abu dinikmatinya tidak seperti teman-temannya, ketika teman-temannya terbuai oleh perangkap cinta pubertas, Zain tetap bergelut dengan organisasi. Jabatan ketua SKI SMA Negeri 11 Surabaya periode 2003/2004 adalah kesibukannya disamping keaktifannya sebagai pengurus OSIS SMA Negeri 11 Surabaya. Diakhir tahun studinya di SMA, dia masih diamanahi sebagai wakil ketua kelas 3 IPA 4 SMA Negeri 11 Surabaya dan mampu menyelenggarakan Manasik Haji untuk pertama kalinya di SMA Negeri 11 Suarabaya. Mungkinkah hanya sebuah kebetulan bila seorang anak desa seperti Zain mampu menjadi figure aktivis di bangku sekolah berlabel kota metropolitan seperti Surabaya ini???...
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA
Judul: Napak Tilas Hidup Sang Aktifis
Ditulis oleh Kabar Sehat
Rating Blog 1 dari 100
Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini, harap menyertakan link dofollow ke http://abuzaini.blogspot.com/2010/01/napak-tilas.html. Sekali lagi, terima kasih sudah meluangkan waktu membaca artikel ini.

2 komentar:

Kabar Sehat mengatakan...

hanya untuk sejarah

Anunk Salsabiela Fauziyah mengatakan...

lika-liku perjalanan pendidikan yang sangat berliku....jadi ingat Toto-Chan

Posting Komentar

Tutorial terpopuler yang sering dikunjungi :

TEMPLATE CREDIT:
Tempat Belajar SEO Gratis. Original design by Bamz | Copyright of IQRO MEDIA.